Sabtu, 14 Februari 2009

Hutang baik vs hutang jelek


Pada hari kamis tanggal 29 Januari 2009 kemarin saya terpaksa hutang senilai dua juta rupiah. Pada hari itu saya ke pasar hewan Limpung Kabupaten Batang untuk membeli sapi, dari rumah saya membawa uang Rp 12.000.000,-. Saya akan membeli dua ekor sapi dengan nilai masing-masing enam juta tapi, ... sapi yang saya maksud tidak ada yang cocok karena hari itu harga sapi masih tinggi.

Banyak sapi di pasar namun bukan pilihan saya untuk saya pelihara karena selain penampilan bagus dengan bentuk tulang yang besar, tinggi, panjang juga sehat dan dari keturunan sapi yang baik (Simental). Saya sabar menunggu untuk mendapatkan dua ekor sapi dengan harga yang layak hingga menjelang sore hari ... dan akhirnya saya memperoleh sapi dengan harga yang layak yaitu 1 ekor seharga Rp 6.700.000,- dan 1 ekor lagi seharga Rp 7.150.000,- untuk angkutan sampai rumah petani penggaduh @ Rp 75.000,- (2 ekor = Rp 150.000,-) untuk makan minum Rp 25.000,- jadi total pengeluaran = Rp 14.025.000,-

Untung sebelum membayar saya ketemu pedagang sapi tetangga, dengan mengutarakan niat saya, ... pada hari itu juga saya dapat pinjaman sebesar Rp 2.000.000,-
Sapi dibawa pulang dengan dikawal petani penggaduh dan saya pulang ke rumah naik sepeda motor.

Dalam perjalanan pulang ban sepeda bocor, celakanya ban dalam sepeda saya tidak sekedar bocor tapi robek ... maka terpaksa mengganti, celakanya lagi uang saya di dompet tinggal Rp 20.000,- (sebagai uang lain-lain). Saya segera berfikir keras untuk mendapatkan solusi karena mengganti ban dalam dengan ukuran ring 19 nilainya Rp 30.000,- dan biaya bengkel Rp 5.000,-

Sepeda saya parkir di bengkel dan saya menemuhi teman sekitar 300 m dari bengkel. Saya dikasih pinjaman Rp 50.000,- (waktu mengulurkan uang sambil bertanya “ ban yang bocor ukuran ring berapa?”) ring 19 mbah (Mbah Mulyono pensiunan Penyuluh Kehutanan). ... oh ring 19 (ukuran sepeda trial) di sini tidak ada yang jual, sudah sepeda ditinggal saja dan kamu bawa sepeda saya (Supra X), akhirnya saya pulang.

Sebetulnya dirumah petani penggaduh saya mendapatkan rejeki besar karena dua ekor sapi yang saya beli bulan Juli 2008 telah melahirkan anak berupa satu ekor jantan simental super dan satu ekor betina keturunan simental. Karena saya suka berbisnis maka saya belum puas jika jumlah ternak saya belum banyak ... sehingga terpaksa hutang demi menambah aset produktif.

Kisah diatas sebetulnya saya ingin memberi gambaran saja bagaimana sebetulnya seseorang terlibat dalam hutang. Ada yang mengatakan orang hutang itu baik dan ada yang mengatakan hutang itu jelek.

Hutang memang bisa dianggap baik jika hutang merupakan arus kas untuk menambah modal (aset produktif) seperti membeli barang dagangan, membeli rumah untuk di sewakan (kos-kosan), membeli mobil untuk usaha jasa angkutan dll. (hutang harus dengan perhitungan).

Hutang dianggap jelek jika hutang tersebut menambah beban seperti menambah jumlah sepeda motor walau sebetulnya tidak terlalu penting (nilai sepeda motor akan turun setelah dibeli), hutang untuk membuat rumah yang bagus (kalau sudah punya rumah walau sederhana kita bisa bersabar dengan memperbaiki dari hasil tabungan) dll.

Inti dari tulisan saya ini adalah anda boleh hutang jika untuk tumbuh kembang nya usaha. Seberapa cepat tumbuh kembangnya usaha tidak masalah, ... yang menjadi masalah adalah jika usaha anda tidak tumbuh.

Salam sukses
Endro Sunoto, SP

13 komentar:

  1. Jujur saya sangat senang membaca artikel sampean kali ini mas Endro.
    Hutang memang ibarat pisau bermata dua. Satu sisi menguntungkan dan satu sisinya lagi bisa membunuh kita.
    Saya sebenernya pengen ngobrol banyak denan sampean masalah managemen hutang ini. Maklum pendapatan warga di wilayah saya lumayan besar karena petani karet yang merupakan komoditas ekspor. Hanya saja dana sedemikian besar tidak terkelola dengan baik karena masyarakatnya minim pendidikan.

    Oke, mungkin ini dulu yang saya sampaikan.Intinya saya setuju argumen anda di atas.

    Salam Istimewa!

    BalasHapus
  2. Dengan hutang kitapun bisa berbisnis.
    Dengan harus memprediksi yang manteb.
    =================

    jika peluang ada kenapa tidak.

    jika perlu management utang harus dipelajari. (pinjem ya pa guru Umar).

    =====================
    Tapi ingat, yang belum bisa kita ketahui adalah sampai kapan kita hidup.(ada hubungannya ga ya dengan hutang)

    BalasHapus
  3. Biar miskin tapi ngga punya Hutang. pernah denger khan ungkapan seperti itu? saya sering sekali ngobrol dengan orang2 pesimistis seperti itu. walau kita memberikan ilustrasi, terkadang ditolak mentah2. semua itu terkait dengan kekuatan mental seseorang dan tujuan akhir yang ingin di capai.

    Pengalaman pahit dalam berhutang pernah saya rasakan dulu. baik itu hutang jelek, maupun hutang baik. sama2 pahit. tapi dari semua itu kita dapat belajar memperbaiki kesalahan.

    Nb: saya senang sekali mendengar pengalaman anda Mas Endro.Bisnis peternakan, boleh juga tuh di ulas lebih teknis (sesekali) pasti seru.dan pastinya bermanfaat

    SALAM SUKSES = BLOG MOTIVASI MENTAL =

    BalasHapus
  4. berhutanglah pada tempatnya... hehehehe.. maksud saya berhutangalah untuk sesuatu yang membangaun atw brhubungan dengan usaha... itu untang yang bai, bener kata bro.. :)

    BalasHapus
  5. betul tu mas...sueda x suka berhutang..

    BalasHapus
  6. pak guru umar, rekan bisnisku,mas fadly Muin, Mas Ardy Pratama, Jeng Sueda ... terima kasih pada menanggapi tulisan saya, salah perhitungan dalam hutang terutama yang berbunga maka akan mempersulit tumbuh kembangnya ekonomi keluarga, dengan perhitungan yang tepat maka hutang merupakan daya ungkit yang bagus untuk mempercepat besarnya usaha.

    BalasHapus
  7. Tepat mas...,
    Ada yang antipati terhadap kartu kredit, sementara orang yang lain mendapatkan penghasilan besar dari kartu kredit. Tergantung bagaimana anda dapat memanfaatkan fasilitas yang diperoleh.

    BalasHapus
  8. Menarik kisahnya Mas!
    Berutang asal untuk keperluan produktif, bukan soal.

    BalasHapus
  9. Mas Hade dan Pak Joko, terima kasih atas kunjungannya. begitulah keadaan sebenarnya yang terjadi di dunia ini, ada hutang yang untuk konsumtif dan ada hutang untuk kepentingan produktif.
    salam sukses

    BalasHapus
  10. Menarik sekali mas
    Sekarang ini malah banyak yang make kartu kredit
    hutang untuk urusan konsumtif semata.
    Make kartu kredit kan padahal bagai menggadaikan masa depan

    BalasHapus
  11. setuju mas endro hutang baik hutang jelek seperti yang di bukunya robert kiyosaki

    kisah yang unik

    BalasHapus
  12. Mantap mas ceritanya,...

    hutang lagi yuk...hehe...

    BalasHapus
  13. Benar sekali informasinya...hutang akan berbahaya kalau dipakai untuk hal2 yang konsumtif....sebaliknya lebih tepat untuk hal2 yang produktif seperti untuk mengangkat usaha....salam kenal...simon (www.gracialife.com)

    BalasHapus